Minggu, 04 Juli 2010

Bekasi Utara Krisis Air

Warga di wilayah utara Kabupaten Bekasi mulai krisis air. Ini ditandai dengan adanya retakan tanah dan sawah kering di sejumlah kecamatan.

"Kami mengalaminya sejak satu bulan lalu. Sumber air untuk keperluan sawah dan konsumsi warga semakin hari semakin berkurang," kata salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Cabang Bungin, Rohimat (33), Jumat (7/8).

Krisis air saat ini mulai merambah ke sejumlah wilayah utara lainnya, seperti Kecamatan Babelan, Tambelang, Cibarusah, dan sebagian Kecamatan Pebayuran. "Masyarakat di sana juga mengeluhkan sulitnya mendapat air bersih untuk keperluan sehari-hari," ujarnya.

Menurut Rohmat, wilayah tersebut merupakan daerah hulu yang paling parah merasakan dampak kekeringan. Bahkan, ratusan hektare sawah kering dan tanah mengalami retak rutin setiap tahun.

"Yang saya heran, kejadian ini rutin kami rasakan setiap tahun, tapi kenapa pemerintah terkesan tidak punya inisiatif melakukan peningkatan pencegahan sebelum musim kering datang. Upaya antisipasinya hampir sama setiap tahun dan jarang membawa dampak perubahan yang signifikan," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani, Kecamatan Cabang Bungin, Samit (42), mendesak dilakukannya penambahan jumlah alat pompa guna mengatasi kendala pertanian di musim kemarau. "Kami sangat mengharapkan penambahan pompa air. Sebab, lahan sawah di wilayah kami berada di atas permukaan kali, sehingga air perlu disedot menggunakan pompa agar bisa mengairi sawah," kata Samit.

Secara terpisah, Kepala Bidang Sumber Daya Mineral, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bekasi, Hadiat S, mengatakan sebagian besar masyarakat di wilayah utara memanfaatkan air sumur dangkal berupa air tanah dengan kedalaman maksimum 20 meter.

"Padahal, air sumur dangkal di wilayah utara Kabupaten Bekasi sudah tidak layak minum, meski dengan proses pemasakan terlebih dahulu, karena kandungan airnya sudah banyak tercemar limbah industri," kata Hadiat.

Menurut Hadiat, sebagian masyarakat setempat ada yang memanfaatkan sumber air melalui Sungai Kanal Tarum Barat yang berasal dari aliran sungai Citarum. "Itu pun hanya mampu memasok kurang dari 60 persen kebutuhan air bagi pertanian dan konsumsi warga setempat," katanya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian setempat, kata dia, luas area pertanian di wilayah utara mencapai lebih kurang 3.500 hektare. Untuk menanggulangi masalah kekeringan, pemerintah mendistribusikan 770 pompa ke masing-masing kelompok tani.

Peran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bekasi sebagai penyalur kebutuhan air bersih belum dirasakan sebagian warga di wilayah setempat.

Kepala Humas PDAM Bekasi, Rizal MN, mengakui bahwa jumlah pelanggannya yang paling sedikit berada di wilayah utara Kabupaten Bekasi. "Dari semua rumah tangga yang dilayani oleh PDAM, 70 persennya berada di Kota Bekasi, sementara sisanya di Kabupaten Bekasi. Itu pun wilayah selatan yang paling banyak, dan wilayah utara sangat minim sekali," kata Rizal.

Ini tidak terlepas dari produksi debit air PDAM yang masih terbatas, yakni sekitar 1.875 meter kubik per detik. Sementara water treatment plant (WTP) di wilayah utara Kabupaten Bekasi hanya mampu menghasilkan 420 meter kubik per detik.

"Padahal dari kuota kebutuhannya mencapai 5.000 meter kubik per detik. Meski begitu, PDAM siap untuk membantu wilayah yang merasa membutuhkan air bersih," katanya. (Ant/tig)


Sumber :
http://www.wartakota.co.id/read/news/9170
7 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar